Sebagai salah seorang yang lahir dan
besar di kota, aku paling tidak suka
sama kegiatan alam, dari kemping,
mendaki gunung, mancing di laut, dsb.,
pokoknya semua yang berbau outdoor.
www.ceritagay.uiwap.com
Mendukung alam sih boleh saja tapi
untuk ‘bersatu’ kayaknya enggak
banget deh ya. Kebalikan dengan aku,
kakak perempuanku malah menyukai
kegiatan demikian. Sampai – sampai ia
juga menikah dengan seorang yang
juga pecinta alam yang ia kenal di
kegiatan camping beberapa waktu lalu.
Eits, jangan salah. Aku bukan tipe
cowok yang kemayu atau lembut,
hanya saja untuk urusan beginian aku
lewat. (Untuk masalah electronic,
computer, dsb. sih nomer satu) Suatu
hari kakakku menelepon. “Kamu
temanin Ardy camping ya, Edo. Untuk
kali ini aja. Sayangkan kalau gak pergi,
mana sudah dibayar lagi.” Setelah
dengar penjelasan panjang yang juga
enggak aku dengerin, mau enggak
mau aku menyerah kalah demi
imbalan yang diberikan. Imbalannya
sih sebenarnya hanyalah nomer
kesekian, alasan nomer satunya
karena kakak iparku yang memiliki
tubuh fitdengan kulit sedikit hitam.
Rasanya sudah tidak sabar untuk tidur
di satu tenda bersamanya. (Jahat
enggak sih?) Ardy datang menjemput
aku. “Hahaha. Akhirnya loe pergi juga.
Gue yakin ini bakal jadi kenangan
paling ok buat loe deh. Ngomong–
ngomong, mana ada orang mau
kemping pake celana panjang? Ganti
celana pendek gih.” Dengan tampang
dan suara (pura – pura) malas, “Nih
lihat. Celana panjang gue ini bias
dijadiin celana pendek juga.”
Sesampainya di kaki gunung, aku dan
Ardy memulai perjalanan kami sambil
menghirup udara segar. Banyak
wisatawan yang juga datang untuk
melakukan hal yang sama. “Tuh liat,
Bule dari kota aja mau ngedaki, masa
loe gak mau?” “Cerewet amat sih. Gue
laporin kakak loh kalo loe buli gua
terus?” Jawab gue. “Mana mungkin sih
gue buli loe. Gua kan kakak ipar paling
baik dan perhatian ama loe.” Dalam
hati gue, “Sial juga nih orang. Bisa –
bisa gua termakan rayuan dia lagi.
Mana hampir on lagi. Akhirnya setelah
mendaki entah berapa lama, yang
jelas matahari sudah mau terbenam,
Ardy mengajak untuk berhenti di satu
tempat dekat air terjun. Aku cukup
terpana melihat indahnya air terjun itu
dan pohon pohon besar di
sekelilingnya. “Ei, bantuin gua dong
bangun ini tenda,” jelas Ardy. Gue
bengong dan lihat dia sambil berkata,
“Ngaco. Gue aja kagak ngerti. Loe lagi
suruh gue.” “Mangkanya gue ajarin,
enggak susah deh.” Setelah 15 menit
memasang ini itu akhirnya selesai.
“Bantuin gua cari kayu bakar yuk,
sekalian jalan – jalan.” Setelah semua
selesai, tiba – tiba ia mengajak mandi.
Deg, seketika aku diam dan enggak
bisa berkata apa apa. “Kenapa? Loe
malu ya loe punya kecil??” Tanya Ardy.
“Kecil? Jangan jangan elo kali yang
itunya kecil.” “Lalu kenapa loe
bengong? Gak usah malu lagi. Cowok
mandi bersama pas kemping mah
udah biasa.” Akhirnya aku kalah
dengan bujukannya, plus sekalian ingin
mengambil kesempatan untuk melihat
tubuhnya dalam keadaan bugil. (Kapan
lagi coba?) “Air dingin gini gimana
mandinya?” Tanya gue. “Jangan
dipikirin. Langsung nyebur aja. Enggak
lama juga pasti jadi anget.” Aku mulai
membuka baju dan celanaku. “Gile, lu
pake kolor apaan tuh?” Tanya Ardy. Ia
terbengong melihat jockstrap yang
kukenakan. Saat membalikan badanku,
aku melihat tubuh telanjang Ardy. Uhh,
rasanya ingin kujilat setiap senti nya.
Badannya memang tidak ‘jadi’ tapi
sudah cukup untuk dirasakan. Bulu –
bulu halus yang tumbuh di sekitar
penisnya yang sedang tidur. Paha
kakinya yang kencang. Sepertinya
tidak lama lagi aku akan ereksi.
“Kenapa? Mau coba pake?” Tanyaku.
“Geli. Bekas loe gitu.” “Bersih nih.
Emang kayak loe, abis kencing
belepotan dimana mana.” Jawabku.
“Mana lihat? Yang belepotan tuh elo
yang kencing kayak anak kecil.” Pas
gue buka celana dalam gue, Ardy
kaget ngeliat penis gue yang cukup
besar. “Kenapa? Kaget ya lihat punya
gue.” Walau kaget tapi pura pura
enggak. “Gimana gak mau belepotan?
Kulup loe aja nutupin tuh penis.”
“Walau gitu pas kencing gua tarik nih.
Kaget kan lihat punya gue yang gede?”
Jawab gue sambil mengenarik kulup
gue ke belakang. A rdy langsung
ngedeketin dan memegang kontol gue.
Sejenak gue langsung ereksi. “Gini nih
rasanya ngocok kontol kayak loe.”
“Suka ya? Ternyata gini nih megang
kontol yang sudah sunat.” tanyaku
sambil mengocok kontol Ardy. Tidak
kusangka kalau Ardy membiarkanku
memainkan kontolnya yang sudah
ereksi. Aku langsung melepaskan
kocokanku dan kocokannya, seketika
tanpa peduli apapun langsung kuhisap
kontol Ardy. Ia merem keenakan, “Do,
gue mau keluar nih. Do….” Ia sempat
mengeluarkan pejunya sedikit di
mulutku lalu kukocok dengan cepat
kontolnya sambil kugenggam dengan
erat. Setelah selesai, ia mengocok
kembali sedikit untuk mengeluarkan
tetesan terakhir sedang aku mengocok
sendiri. “Aku bantu, Do.” Senang
rasanya. “Dy, bawahan dikit lalu kocok
yang kuat ya?” “Argh, enak banget.
Terusin, Dy. Enggak nyangka loe hebat
juga ngocok kontol kayak gue punya.”
“Iya dong. Ardy gitu.” “Terusin, Dy. Gue
dah mau nih. Ahh…” Aku
memuncratkan pejunya dimana mana
termasuk muka dan dada Ardy.
“Hahaha, mandi peju dehloe.” “Jijik
nih.” Setelah itu kita mandi dan makan
malam bersama. Saat sudah mau tidur
di tenda, ia bertanya apakah aku gay
karena aku mau menghisap penisnya.
Saat itu aku mengakuinya dan aku
minta agar jangan memberitahu
siapapun. “Oke boss. Tapi kejadian kita
cukup sekali ini aja ya.” “Pastinya lah.
Gue juga enggak mau jadi ‘bini muda’
loe.” Hingga saat ini hubungan Ardy
ama gue jadi makin dekat walau dulu
juga sudah dekat. Kakak iparku jadi
bingung karena sejak saat itu gue jadi
suka yang namanya kemping, dsb.
Alam itu ternyata indah (mangkanya
harus DIJAGA baik baik tuh) tapi
disamping itulelaki yang ikut mandi di kali juga indah.
www.ceritagay.uiwap.com