Sebuah kehidupan yang baru. Aku
terbangun dengan seorang teman
(atau bisa dibilang seorang pacar?)
yang sedang tidur di sampingku.
Setelah kupikir, tidak kusangka
akhirnya aku memilih bersamanya
setelah sekian lama ia berusaha
mengejarku. Kalau diingat – ingat, 8
bulan lalu aku tiba di Taiwan untuk
melanjutkan studi dalam bahasa asing.
Ya, di negara ini bukan hanya 1 bahasa
saja yang bisa kupelajari tapi
beberapa. Tentunya dengan modal
seperti ini aku akan dapat dengan
mudah mencari pekerjaan di kemudian
hari setelah pulang ke Indonesia.
Sesampainya di Taipei, 3 Januari 2006
(winter), aku langsung dibawa ke
kampus yang dibilang sangat terkenal
di ibukota ini. Cuaca dingin menembus
kulitku. Untungnya sebelumnya aku
sudah terbiasa tinggal di negara dingin
jadi hal seperti ini sudah bukan
masalah. Lagipun aku termasuk salah
satu orang yang menyukai musim
dingin. Kehidupan kuliah bahasa di www.ceritagay.uiwap.com kampus yang baru itu tidak berbeda
jauh dibanding dengan di negara –
negara lain. Santainya kali ini aku tidak
perlu dikejar – kejar tugas dan lain
sebagainya. Waktu luang yang tersedia
bisa dibilang aku nikmati dengan
mencari teman – teman baru baik dari
negara lain maupun dari Taiwan
sendiri. Aku sebelumnya sudah
menelusuri dunia gay ini sejak masih
kuliah dulu di tahun pertama, kurang
lebih sekitar 4 tahun lalu. Begitu
koneksi internet di apartmentku sudah
tersambung, aku mulai online mencari
teman – teman sepenanggungan.
Alhasil, aku berhasil berkenalan dengan
beberapa teman gay lokal. Sayangnya,
bahasa menjadi kendala. Mereka
kebanyakan tidak fasih dalam bahasa
Inggris, tapi kami saling berusaha
untuk berkomunikasi satu sama lain.
Selang beberapa bulan kemudian
(spring) saat aku sudah menguasai
bahasa Mandarin (aku tergolong cepat
dalam belajar bahasa), aku sudah
memiliki satu orang teman dekat lokal,
Kent, yang usianya 2 tahun lebih tua
dariku. Dia mengajariku banyak hal,
bahkan di saat kuliahku sedang libur
dia rela cuti untuk pergi bersama ke
kota lain. Ketika musim panas
(summer) tiba dan aku hendak ingin
balik ke Jakarta, aku merasakan
kesedihannya dan menanyakan
apakah aku bisa tidak balik. Aku pun
akhirnya mengikuti kemauannya. Saat
itu, kami belum jadian. Aku
memberitahu ia kalau aku tidak
mencari pasangan karena setelah
kuliah aku pasti akan pulang ke
Indonesia dan melanjutkan usaha
kedua orang tuaku. Terus terang aku
tidak menginginkan hubungan yang
singkat; aku ingin memiliki hubungan
yang kalau bisa terus berlanjut terus.
Ia mengerti akan kondisi seperti ini.
Waktu demi waktu kami luangkan
bersama. Walau kami berdua sama –
sama sibuk, namun kami selalu
mencari waktu untuk bersama. Kadang
aku merasakan ia cemburu ketika aku
diajak berkenalan dengan para lelaki
ketika di bar, tapi ia tahu ia tidak dapat
melarangnya. Aku sudah
mengetahuinya dan tentu menjaga
perasaannya. Aku tidak tahu apa yang
aku lakukan benar atau tidak, namun
sepertinya secara tidak langsung kami
sudah terikat dan hubungan ini bisa
dikatakan sudah selayaknya seperti
pasangan. Musim gugur (autumn) tiba.
Daun – daun di taman Taipei sudah
mulai berguguran. Cuaca mulai sejuk.
Aku dan Kent piknik di tamanbersama
dengan beberapa teman lainnya.
Ketika semua sudah pulang, ia
akhirnya mengakui akan perasaan
sebenarnya kalau ia sangatmencintai
aku dan ia sudah tidak bisa lagi
berpura – pura kalau kita hanya teman
biasa. Ia memintaku untuk mencoba
menjalani hubungan ini hingga aku
selesai kuliah. Jika saat itu aku akan
balik, maka kita pun akan berpisah
secara baik – baik. Paling tidakkita bisa
berada di samping masing – masing
jika salah satu dari kita
membutuhkannya. Akhirnya kami pun
pulang bersama ke apartment ku.
Setelah menutup pintu, aku langsung
memberikan ciuman pertamaku
kepadanya. Sedikit terkejut tapi ia
senang karena ia sudah mengerti apa
maksudku. Malam itu, dengan
hembusan angin yang dingin, untuk
pertama kalinya, kami melakukan
hubungan intim selayaknya suami istri.
(3 ronde kami lakukan malam itu.)
Paginya, aku terbangun dan
menatapnya. “Tidak, aku rasa aku
sudah mengambil keputusan yang
benar,” jawabku dalam hati. Aku
mendekatinya dan mencium bibirnya
yang merah itu. “Zao An (pagi),”
katanya. Kehidupan kami yang baru
sudah dimulai. Ia mengajakku untuk
langsung pindah ke tempatnya
berhubung ia memiliki tempat yang
lebih luas. Terus terang aku sudah
merasa nyaman dengan tempatku tapi
ya tidak ada salahnya untuk bisa tidur
bersama mulai bulan depan. Musim
dingin (winter) kembali tiba. Tidak
nyangka sudah hampir setahun aku
disini. Kedua orang tuaku ingin datang
berkunjung ke Taiwan. Untungnya
tempat Kent memiliki 2 tempat tidur
jadi mereka tidak berpikir yang aneh –
aneh. Di saat makan malam
bersamakeluarga saat natal, aku
mengajak Kent untuk makan malam
dan ia menyetujuinya. 1 tahun sudah
aku di Taiwan (bisa dibilang berhubung
saat itu aku sedang liburan ke Jepang
bersama dengan keluargaku tanpa
Kent). Begitu tiba di apartment ku. Kent
sudah menungguku dan memberikan
ciuman yang hangat. Ia memelukku
dengan gairahnya. Sesaat ia sudah
membuka celana panjangku dan
bajuku. Tidak mau kalah darinya, aku
melakukan hal yang sama. Aku
menjilati dadanya yang sedikit berbulu
dan bidang sambil aku mainkan
‘adiknya’ yang masih tertidur
dibelakang celana briefyang dia
kenakan. Begitu kepelorotkan brief nya
aku langsung mengulum penisnya. Ia
lalu menuntunku untuk berdiri dan
disitulah ia mulai dengan aksinya.
Setelah permainan kami berakhir, kami
langsung beristirahat tanpa bilas.
Badanku sudah terasa lelah sekali
setelah perjalanan di pesawat dan olah
raga siangku yang membuat
staminaku terpacu. Sebelum ujianku
dimulai, pikiraku akan pulang ke
Indonesia mulai muncul. Terus terang
sunggu sayang sekali apabila aku
memutuskan hubungan yang sudah
aku jalin bersama Kent. Seminggu
kemudian, saat makan malam, Kent
menanyakan rencana aku, dan aku
tidak bisa bohong padanya akan apa
yang sudah aku rencanakan. Ia
menghargainya dan setelah itu ia
bahkan makin sayang dan
memanfaatkanwaktu tersisa yang ia
miliki sebelum aku pulang. Di hari
kelulusanku, tentunya aku berpesta
dengan semua teman – teman, namun
aku berjanji pada Kent aku akan
pulang sebelum tengah malam karena
ia ingin benar – benar meluangkan
waktunya bersamaku. Sesampainya di
apartment, ia memberikan ucapan
selamat padaku. Walau ia bilang sudah
banyak orang yang mendahuluinya
atas ucapan itu, tapi aku berkata
padanya bahwa ucapannya aku
anggap sebagai yang paling special. Ia
tersenyum. Bersamaan dengan kue
dan wine, ia memberikan aku hadiah
kenang – kenangan dan mulai terharu
karena aku akan pulang minggu
depannya. Di saat inilah aku
mengatakan bahwa aku membatalkan
rencana aku, dan aku ingin mencoba
mencari pekerjaan di Taipei sambil
hidup bersamanya. Ia senang bukan
main ketika mendengarnya dan
langsung menciumku. Ia terkejut
ketika aku sudah merencanakan ini
sejak akhir tahun lalu dan sudah
berkonsultasi dengan kedua orang
tuaku. (Mereka bahkan mendukung
100%) Tapi, aku bilang bahwa aku ingin
pulang ke Indonesia dulu untuk liburan
dan mengajaknya bersamaku. Lagipun
liburan Tahun Baru Imlek hampir tiba
juga. Sebelum aku balik ke Jakarta,
aku berhasil mendapatkan pekerjaan
di salah satu majalah asing. Setelah
liburan di Jakarta dan Bali bersamanya,
aku kembali ke Taiwan dengan visa
kerja. Sekarang, setahun kemudian
kami masih bersama dengan
pekerjaan yang sama juga. Aku ingin
tertawa lebar ketika aku menulis cerita
ini karena Kent sedang berusaha keras
untuk mengerti apa yang aku tulis.
Walau kedengaran hampir tidak
mungkin, tapi inilah yang terjadi.
www.ceritagay.uiwap.com